Kabupaten Bantaeng, yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, menjadi sorotan nasional karena keberhasilannya membangun desa dengan pendekatan berkelanjutan. Apa yang membuat Bantaeng mampu melompat jauh dibanding daerah lain, dan bagaimana model ini bisa menjadi inspirasi pembangunan desa di Indonesia?
Bantaeng, sebuah kabupaten kecil dengan luas wilayah sekitar 395 km², berhasil menjelma menjadi model pembangunan desa yang progresif dalam waktu kurang dari dua dekade. Dengan populasi sekitar 190.000 jiwa, kabupaten ini terkenal karena pendekatan inovatif di bidang pertanian, teknologi energi terbarukan, dan digitalisasi layanan publik.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bantaeng 2024, sebanyak 85% desa di Bantaeng sudah terkoneksi dengan jaringan internet desa, yang mendukung akses layanan kesehatan dan pendidikan berbasis digital. “Kami mengutamakan pemerataan pembangunan berbasis data. Semua desa harus punya akses yang setara terhadap teknologi dan pelayanan,” ujar Ilham Syah Azikin, Bupati Bantaeng.
Salah satu program unggulan yang banyak menuai pujian adalah pengelolaan sampah berbasis desa yang menghasilkan energi biogas. Program ini sudah berjalan di lima kecamatan dan menyuplai energi untuk rumah tangga miskin dan pelaku UMKM lokal. Hal ini membuat Bantaeng mendapatkan penghargaan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi pada 2023 sebagai “Kabupaten Ramah Lingkungan Terbaik”.
Di sektor pertanian, Bantaeng dikenal sebagai produsen sayuran organik yang kini telah masuk pasar ekspor. Melalui kerja sama dengan koperasi petani dan pendampingan teknologi pertanian presisi, para petani lokal kini mampu meningkatkan hasil panen hingga 40% per musim tanam. “Dulu kami hanya bisa jual ke pasar lokal, sekarang sayur kami masuk ke Singapura dan Malaysia,” kata Rustan, petani asal Desa Rappoa.
Tak hanya itu, Pemerintah Kabupaten Bantaeng juga aktif memberdayakan pemuda desa lewat pelatihan kewirausahaan digital. Program ini telah melahirkan lebih dari 300 pelaku UMKM digital baru di bidang kuliner, kerajinan tangan, dan layanan digital kreatif.
Keberhasilan ini tak lepas dari strategi tata kelola pemerintahan terbuka (open government) yang dijalankan Pemkab. Transparansi anggaran desa melalui aplikasi berbasis web memungkinkan warga untuk ikut mengawasi proyek pembangunan secara real-time.
Bantaeng membuktikan bahwa ukuran wilayah bukanlah hambatan untuk menjadi pelopor dalam pembangunan desa berkelanjutan dan digital. Dengan komitmen kuat pada kolaborasi, inovasi, dan pemerataan akses, Bantaeng bukan hanya menjadi inspirasi untuk Sulawesi Selatan, tetapi juga untuk seluruh Indonesia. Di era transformasi digital dan krisis iklim, pendekatan Bantaeng menjadi jawaban atas tantangan pembangunan desa yang inklusif dan masa depan.