MAPALASBA (Masyarakat Pecinta Alam dan Seni Budaya Butta Toa) Bantaeng menyatakan kesiapannya untuk ambil bagian dalam menyukseskan Kongres Pecinta Alam Sulawesi Selatan 2025 . Siapa saja yang terlibat, mengapa acara ini penting, dan bagaimana kontribusi MAPALASBA dalam perhelatan akbar tersebut?
Kegiatan Kongres Pecinta Alam Sulawesi Selatan 2025 dijadwalkan berlangsung pada pertengahan tahun ini, dengan Kabupaten maros sebagai tuan rumah. Sebagai organisasi yang menggabungkan kecintaan terhadap alam dan pelestarian seni budaya lokal, MAPALASBA (Masyarakat Pecinta Alam dan Seni Budaya Butta Toa) siap memberikan kontribusi nyata dalam kesuksesan kongres ini.

“Kami merasa memiliki tanggung jawab bukan hanya menjaga kelestarian alam, tapi juga merawat nilai-nilai budaya yang hidup di masyarakat Butta Toa. Kongres ini adalah momen penting untuk memperkuat keduanya,” ujar AAD RUDIANTO, Ketua Umum MAPALASBA.
Kongres akan dihadiri ratusan organisasi pecinta alam dari seluruh Sulawesi Selatan, termasuk komunitas dari Makassar, Gowa, Bone, Enrekang, hingga Toraja. Selain agenda sidang organisasi dan diskusi isu lingkungan, rangkaian kegiatan kongres juga mencakup penanaman pohon , pembersihan sungai, dan pertunjukan seni budaya lokal sebagai bentuk edukasi dan apresiasi terhadap kearifan lokal.
MAPALASBA, dengan pengalaman panjangnya sejak berdiri pada awal 2022, telah menjadi mitra berbagai program lingkungan dan seni budaya berbasis masyarakat.
“Kami ingin menunjukkan bahwa pelestarian alam dan budaya harus berjalan beriringan. Kita tidak bisa mencintai alam sambil melupakan jati diri budaya kita,” tambah Firman ( Ketua Devisi Seni dan budaya ).
Kongres Pecinta Alam Sulawesi Selatan 2025 menjadi momen penting untuk menguatkan sinergi antara generasi muda, komunitas pecinta alam, dan pelestari budaya. MAPALASBA Bantaeng, sebagai representasi semangat Butta Toa, menunjukkan bahwa cinta lingkungan dan seni budaya bisa bersatu dalam gerakan yang lebih besar.