Di tengah riuhnya semarak Festival sungaiĀ yang diselenggarakan pada 17-18 Juni 2025 di Muara sungai Tubo-Salutambung,
sebuah suara penting menggema dengan lantang: suara Komunitas Konservasi Penyu “Sammuane Pannu”. Berpartisipasi aktif dalam ajang yang merayakan kekayaan ekosistem sungai dan pesisir ini,
Sammuane Pannu tak hanya hadir untuk memeriahkan, namun juga membawa misi krusial: mengampanyekan konservasi penyu dan menyuarakan keprihatinan mendalam atas dampak buruk tambang pasir terhadap habitat penyu dan ekosistem laut serta sungai.
Melalui diskusi interaktif dan demonstrasi sederhana, mereka secara gamblang menjelaskan bagaimana aktivitas tambang pasir, baik di sungai maupun di laut, menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup penyu.
Penambangan pasir di pesisir dan dasar laut merusak area pendaratan penyu untuk bertelur. Getaran dan suara bising dari alat berat dapat membuat induk penyu stres dan mengurungkan niatnya untuk bertelur. Bahkan, lokasi bertelur yang sudah ada bisa tergerus dan hilang.
Sumber : Sammuane Pannu, Lombongan 21 Juni 2025
* redaksi naradesa